BMKG Akui Timpangnya Akses Peringatan Dini Bencana di Indonesia

WhatsApp Image 2023 01 22 at 12 47 52 AM
Banjir menggenangi ruas jalan di Aceh Tamiang. [Dok. BPBA]

Jakarta – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengakui bahwa penerapan Early Warning System/EWS atau peringatan dini bencana saat ini masih banyak ketimpangan dan ketidakadilan.

“Saat ini tak semua masyarakat di seluruh wilayah mendapat akses sama atau setara terhadap early warning for all tersebut,” kata Dwikorita saat menjadi pembicara pada diskusi high-level panel dalam rangkaian 10th World Water Forum (WWF) di Bali, melansir CNBC, Kamis (23/5/2024).

Meski dipahami bahwa sistem peringatan dini dan tindakan dini merupakan alat penting untuk mengurangi risiko bencana dan mendukung adaptasi iklim, sayangnya, masih banyak penduduk yang belum memiliki akses ke sistem peringatan dini tersebut sehingga sangat rentan menjadi korban.

“Padahal bumi dan penduduknya saat ini menghadapi ancaman akibat perubahan iklim,” katanya menambahkan.

Dwikorita berkaca dari pengalaman penting saat peristiwa bencana Tsunami di Aceh, 2004 silam. Kala itu, kata dia, Indonesia memang tak berdaya karena belum punya sistem peringatan dini.

“Sehingga jumlah korban yang berjatuhan sangat banyak. Bencana dahsyat tersebut menjadi titik balik bagi Indonesia dalam mengembangkan sistem peringatan dini yang lebih canggih dan efektif. Tidak hanya mengejar kecepatan, namun juga ketepatan dan akurasi,” kata Dwikorita.

Di sisi lain, ia juga menggarisbawahi sistem peringatan dini lokal ataupun tradisional yang sudah ada di komunitas masyarakat. Sistem ini bahkan harus tetap diterapkan bahkan diperkuat dengan diintegrasikan ke sistem peringatan dini modern di tingkat nasional.

Masyarakat karenanya penting untuk terus memperkuat literasi mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana. Saat ini, berbagai wilayah di penjuru dunia bakal menghadapi bahaya dari dampak besar perubahan iklim.

“Karena itu, keberhasilan sebuah sistem peringatan dini dapat terwujud, jika sistem peringatan dini tersebut dapat diakses banyak populasi. Kesenjangan antara pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam bertindak merespons cepat dan tepat terhadap peringatan tersebut semakin kecil,” pungkasnya. []

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait

Diduga Bogem Bawahan, Kabid Rehsos Dinsos Aceh Dipolisikan
Syamsuar 26 tenaga honorer yang diduga menjadi korban pemukulan Kabid Rehsos Dinas Sosial Aceh memegang bukti lapor yang dikeluarkan polsek Baiturrahman,Rabu (22/8) Meski khawatir kehilangan pekerjaan, korban berharap polisi menuntaskan kasus tersebut. [Pikiran Merdeka | Juli Amin]

Diduga Bogem Bawahan, Kabid Rehsos Dinsos Aceh Dipolisikan

WhatsApp Image 2023 04 01 at 03 16 38
Mahasiswa Prodi Pengembangan Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry usai mengikuti kuliah filologi bersama Tarmizi A Hamid di Rumoh Manuskrip Aceh, di Banda Aceh. [Dok. Ist]

Mahasiswa UIN Ar-Raniry Ikut Kuliah Filologi Bersama Cek Midi