Kemenangan Sinema Perlawanan Iran di Panggung Cannes

2025 05 24T181338Z 100208245 UP1EL5O1ECQ11 RTRMADP 3 FILMFESTIVAL CANNES AWARDS 1748111766
Sutradara Iran Jafar Panahi (tengah) merayakan kemenangan Palme d’Or untuk film It Was Just an Accident dalam penutupan Festival Film Cannes ke-78 di Prancis, Sabtu (24/5/2025). Film ini menyoroti kekerasan negara dan terinspirasi dari pengalaman pribadi Panahi di penjara. [Foto: Benoit Tessier/Reuters]

Sebuah film thriller asal Iran yang mengangkat isu korupsi dan kekerasan negara berhasil meraih Palme d’Or, penghargaan tertinggi di Festival Film Cannes yang bergengsi.

Film berjudul It Was Just an Accident karya sutradara Iran yang dikenal vokal, Jafar Panahi, dinobatkan sebagai pemenang utama pada Sabtu (24/5), hanya beberapa jam setelah pemadaman listrik sempat mengganggu jalannya festival.

Panahi menerima penghargaan tersebut di tengah tepuk tangan meriah dan standing ovation dari para hadirin. Sutradara yang telah lama menjadi target represi pemerintah Iran itu selama lebih dari 15 tahun dilarang bepergian ke luar negeri dan beberapa kali dipenjara karena karya-karyanya yang provokatif, banyak di antaranya diproduksi secara diam-diam.

“Keseni­an membangkitkan energi kreatif dari sisi paling berharga dan hidup dalam diri kita. Sebuah kekuatan yang mampu mengubah kegelapan menjadi pengampunan, harapan, dan kehidupan baru,” ujar Juliette Binoche, Presiden Dewan Juri Cannes, saat mengumumkan kemenangan Panahi.

Di atas panggung, Panahi menegaskan bahwa masa depan negaranya adalah hal yang paling penting baginya.
“Mari kita bersatu,” katanya. “Tak seorang pun boleh mengatakan pakaian seperti apa yang harus kita kenakan, atau apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan.”

It Was Just an Accident, sebagian terinspirasi dari pengalaman pribadi Panahi di penjara, berkisah tentang Vahid (diperankan oleh Vahid Mobasseri), seorang pria yang menculik seorang laki-laki berkaki palsu yang mirip dengan penyiksa yang menghancurkan hidupnya saat berada di penjara. Vahid kemudian berusaha memastikan identitas pria itu dengan bantuan sesama mantan tahanan, sebelum memutuskan langkah selanjutnya.

Para kritikus memuji film ini sebagai eksplorasi simbolis yang cerdas tentang keadilan, memadukan humor gelap dengan tema-tema yang intens.

Penghargaan Lain di Cannes

Grand Prix, penghargaan tertinggi kedua di Cannes, diraih oleh Sentimental Value, drama keluarga asal Norwegia karya Joachim Trier, yang merupakan sekuel dari film terkenalnya The Worst Person in the World.

Sementara itu, film politik asal Brasil The Secret Agent karya Kleber Mendonça Filho menyabet dua penghargaan besar sekaligus: sutradara terbaik untuk Filho dan aktor terbaik untuk Wagner Moura.

Penghargaan Juri dibagi untuk dua film: Sirat, film perjalanan di gurun karya Oliver Laxe, dan Sound of Falling, drama lintas generasi asal Jerman garapan Mascha Schilinski.

Aktris terbaik diraih oleh Nadia Melliti lewat perannya dalam The Little Sister, film coming-of-age asal Prancis karya Hafsia Herzi.

Cannes juga mencatat sejarah dengan memberikan penghargaan Kamera d’Or (film pertama terbaik) kepada film Irak The President’s Cake karya Hasan Hadi—menjadikannya film Irak pertama yang memenangkan penghargaan di Cannes.

Listrik Padam, Politik Memanas

Upacara penutupan Festival Film Cannes ke-78 berlangsung setelah pemadaman listrik besar-besaran melanda Prancis tenggara, memadamkan lampu lalu lintas dan memaksa banyak toko di kawasan wisata Alpes-Maritimes menutup operasional. Polisi menduga insiden ini merupakan aksi pembakaran.

Festival tahun ini juga dibayangi ketegangan geopolitik global. Invasi Rusia ke Ukraina, genosida di Gaza, serta usulan Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif pada film-film asing menjadi bahan diskusi yang ramai.

Lebih dari 900 aktor dan sineas menandatangani surat terbuka yang mengecam genosida di Gaza, menurut penyelenggara.

Belum ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terkait