Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden SBY. (tempo.co)

Partai DemokratJakarta—Tiga pemimpin negara dipercaya menjadi co-chair a High-level Panel of Eminent Persons, salah satu diantaranya adalah Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dua pemimpin negara lainnya adalah PM Inggris, David Cameron, dan Presiden Liberia, Johnson Sirleaf.

Ketiganya akan memimpin panel yang memberi pandangan dan nasihat kepada Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Koffi Anan, tentang upaya mengatasi tantangan global penghambat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).
“Panel diharapkan mampu merumuskan kerangka kerja holistik mengatasi masalah pembangunan secara mendasar,” kata Presiden SBY dalam peluncuran Asia-Pacific Human Development Report (APHDR) oleh UNDP di Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (10/5).

Sejumlah perwakilan negara sahabat dan organisasi internasional hadir dalam acara tersebut. Pembentukan panel yang akan dianggotai sejumlah tokoh dunia tersebut merupakan bagian upaya PBB meningkatkan kerjasama internasional dalam peningkatan dan pemerataan kesejahteraan penduduk.

Misi pokoknya adalah merumuskan kerangka kerjasama internasional dan agenda baru pembangunan berkelanjutan pasca MDGs pada 2015. “Oleh sebab itu, kita semuanya diundang untuk ikut dalam upaya mencari jalan terbaik bagi pembangunan kesejahteraan umat manusia,” sambung SBY.

Asia-Pacific Human Development Report berisi gambaran mengenai situasi indeks pembangunan manusia di Asia Pasifik. Di dalam laporan terbaru UNDP ini ditunjukkan besarnya pengaruh perubahan iklim terhadap kemajuan pembangunan dan terhadap kesejahteraan rakyat, baik di pedesaan maupun di perkotaan.

Laporan itu juga menyebutkan tantangan terbesar di Asia Pasifik saat ini adalah mengentaskan sekitar 900 juta warga dari kemiskinan di tengah ancaman dampak perubahan iklim. Tantangan menjadi semakin berat, manakala solusinya dihadapkan pada kondisi ekonomi global yang sedang melemah dan tidak pasti.

Melambatnya ekonomi dunia berdampak pada agenda pembangunan nasional masing-masing negara termasuk pencapaian MDGs. Pada saat yang sama populasi dunia telah melewati 7 milyar orang, memerlukan upaya keras untuk mencukupi kebutuhan pangan.

Sedangkan pola konsumsi dan produksi global belum pada posisi berimbang dan berkelanjutan dengan penggunaan sumber daya yang belum merata antar negara. Kondisi demikian memberi tekanan besar kepada alam dan lingkungan, serta memperparah dampak perubahan iklim.

Sementara peningkatan intensitas aktivitas manusia yang terus meningkat, telah mengakibatkan emisi gas rumah kaca. “Peluncuran laporan ini saya nilai tepat waktu, di tengah kondisi kawasan yang berubah dalam berbagai aspek sosial, politik, ekonomi dan lingkungan,” ujar SBY.

“Kepada para akademisi, perwakilan LSM, serta pemangku kepentingan pembangunan lainnya, saya mengajak saudara menjadikan laporan UNDP ini, sebagai sumber referensi yang bermanfaat. Mari kita sukseskan program peningkatan kualitas penanganan dampak perubahan iklim,” seru SBY.[dtn]

Komentar