Benua Eropa saat ini tengah memasuki libur musim panas, saat muslim dunia menjalani puasa Ramadhan. Martunis sempat dua kali pula mengalami puasa di Portugal.
Tahun lalu, ia berangkat ke negara petualang dunia Vasco da Gama itu pada puasa ke-8. Hal itu menjadi tantangan berat baginya, apalagi harus berpuasa selama 17 jam!
Di minggu pertamanya, Martunis mulai merindukan kampung halaman alias homesick. Ia bahkan sangat merindukan nasi goreng. Ia berkomunikasi dengan perantara internet dengan keluarganya di Aceh.
Perlahan tapi pasti, Martunis menemukan kenyamanan dengan kehidupan Portugal. Tepatnya setelah sebulan di sana. Ia merasa cukup terbantu dengan beberapa pemain muslim dari Afrika yang menjadi pemain di Sporting Lisbon U-23.
Ia bahkan menjalani shalat Jumat pertamanya bersama tiga teman dari Afrika, di Mesquita Central de Lisboa, yang dipenuhi jamaah turunan Arab, Afrika, dan sebagian kecil dari Eropa. Senang sekali ia bisa merasakan pengalaman shalat Jumat berbeda di Portugal.
Salah satu teman muslimnya ialah Cisse Aslami. Ia banyak mendapat pelajaran dan bimbingan dari pemain Sporting asal Ghana itu, terutama soal karakter latihan di akademi Sporting.
Kewajiban seorang muslim memang menjadi perhatian Martunis ketika berada di negara mayoritas non muslim. Sebagaimana amanah ayahnya saat ia bertolak ke Portugal tahun lalu, bahwa jangan pernah mengabaikan agamanya meskipun di luar negeri.
Dan Ramadhan 1437 H dijalaninya di Portugal hanya sampai puasa ke-9. Meski sudah tahun kedua, dia mengaku, masih menemui kesulitan menjalani puasa di sana, terutama saat sahur.
“Saat sahur, cuma bisa makan roti,” ceritanya.
Baca: Menebak Masa Depan Martunis
Ia juga sulit menunaikan ibadah salat tarawih sebagaimana dilakukan teman-temannya di Aceh. Bahkan, beberapa hari sebelum ia pulang ke Indonesia, teman-temannya di Banda Aceh sudah menggodanya melalui akun Twitter-nya, @MartunisCR8. Ia diajak tadarus di meunasah oleh teman-temannya.
Untuk salat tarawih, masjid berada jauh dari tempat ia tinggal di Alcochete, Portugal. Namun, keberadaan teman-teman muslimnya asal Afrika cukup membuatnya melepaskan rindu kepada suasana bulan Ramadhan.
Beruntung, tahun ini, ia memulai puasa pada 6 Juni sama dengan masyarakat Indonesia, meskipun lebih awal satu hari dari muslim di Portugal.
Remaja kelahiran 2 Mei 1997 ini mulai akrab dengan kapten Tim Nasional Portugal seusai bencana tsunami yang menghumbalang Aceh pada 26 Desember 2004.
Setelah 21 hari musibah itu, Martunis ditemukan warga setempat dan dititip kepada kru televisi Inggris, Sky News. Saat ditemukan ditubuhnya masih melekat replika baju timnas Portugal.
Dari situlah simpati masyarakat Portugal mengalir. Martunis menjadi inspirasi dunia di tengah keputusasaan korban tsunami. Wajah dan ceritanya disiarkan ke berbagai penjuru dunia.
Pada 2005, Cristiano Ronaldo pergi ke Aceh dan bertemu langsung dengan Martunis. Saat itu juga Ronaldo menjanjikan pendidikan dan mengundangnya ke Portugal untuk bergabung dengan Sporting Lisbon.[]
Belum ada komentar